I wanted to tell you
How I think of you every morning I wake up
How I fix my texts dozens of times before I message them to you
How I save every text I received from you
How I purposely take a detour to take the same route as you do
How I memorize the lyric of all your favorite songs
I wanted to tell you
all those small things
one by one..
Saturday, March 31, 2012
Monday, March 26, 2012
0.2% buruk ataukah 99.8% baik?
Suatu ketika ada seorang tukang bangunan yang mendirikan sebuah tembok. Sebulan kemudian, berdirilah sebuah tembok setinggi 4 meter di hadapannya. Dia sedang mengagumi hasil karyanya ketika tiba-tiba matanya tertuju pada dua buah bata yang telah keliru disusun, jelek sekali pikirnya. Padahal, semennya sudah keras. Sang tukang pun jadi kesal.
Sejak saat itu, dia sangat benci melihat tembok tersebut. Dua buah batu bata yang miring tersebut telah mempengaruhi keseluruhan tembok. Sampai suatu hari, ada yg melewati tembok tersebut dan berkomentar, "Betapa indahnya tembok ini." Sang tukang kontan saja terkejut, "Pak, apakah penglihatan anda terganggu? Tidakkah anda melihat 2 batu bata jelek di tembok itu ?"
Orang itu berkata , "Ya, saya melihat dua buah batu bata yang jelek itu, namun saya juga melihat 998 batu bata yang disusun dengan baik".
Dalam kehidupan ini, kita sering memutuskan suatu masalah hanya dengan memvonis kesalahan, tanpa mengabaikan kebaikan-kebaikan yg pernah ada. Mata hanya terfokus pada kekeliruan, teman yang telah berhubungan baik selama puluhan tahun jadi musuh hanya perdebatan sehari. Kekasih yang sudah tahunan mendampingi, harus berpisah hanya karena bertengkar sehari.
Kita hanya melihat yg jelek. Kenyataannya, jauh lebih
banyak yang bagus.
Maafkanlah, meski kadang tidak sepaham.
Memberi damai
berarti juga menimbulkan damai bagi diri sendiri.
Friday, March 16, 2012
Talenta: Hutang yang Harus Dibayarkan?
Talenta = Hutang?
Yang bener aja?!
Weiiittsss... sabar dulu... Coba buka dulu alkitab kita di Injil Matius 25 : 14 - 30
Di sana tertulis perumpamaan tentang talenta. Dan tertulis pula di ayat 14 dan 15 dengan jelas bahwa talenta kita hanyalah hasil pemberian Tuhan semata, dan jelas bukan milik kita.
Lalu apa hubungannya dengan hutang?
Nah mari kita lanjutkan lagi pembacaan alkitab kita. Tertulis pada ayat 19 bahwa sang Tuan kemudian mengadakan perhitungan dengan hamba-hambaNya. Dari sini dapat kita simpulkan, bahwa sebagaimana layaknya kita dipinjami sesuatu, kita harus pula mengembalikannya. Mirip dengan ketika kita berhutang, kita harus mengembalikannya dan bahkan terkadang, beserta dengan bunganya.
Kemudian, kalau kita lanjutkan pembacaan kita sampai ke ayat 24, ada hal yang menarik pada ayat tersebut.
Pada ayat tersebut hamba ke-3 menuduh bahwa sang Tuan adalah Tuan yang kejam, yang merampas kekayaan orang lain! Namun, benarkah begitu?
Merujuk ke ayat 26, ternyata si hambalah yang malas! Ia sudah tahu bahwa selayaknyalah jika ia mengelola kekayaan Tuannya yang dipercayakan kepadanya. Namun ia lebih memilih untuk menimbun kekayaan tuannya itu dan tidak mengembangkannya sama sekali.
Kembali ke pokok bahasan kita, sebenarnya, talenta / bakat kita bisa diibaratkan dengan kekayaan yang dipercayakan sang Tuan kepada hamba-hambanya untuk dikelola. Tuhan sama seperti sang Tuan dalam perumpamaan tersebut, tidak semata-mata melihat hasil yang diperoleh saja. Namun Tuhan lebih melihat ke dalam proses dan usaha kita untuk mengelola talenta kita.
Nah sekarang bagaimana tanggapan kita?
Akankah kita bersikap seperti si hamba yang malas? Yang tidak mau mengelola talenta yang sudah diberikan Tuannya?
Ataukah kita akan seperti hamba pertama? Yang dengan talenta yang besar, memperoleh hasil yang besar juga?
Lho? Hamba ke-2 ke mana?
Khusus hamba kedua, ada hal yang menarik darinya.
Ia sadar dan tahu bahwa ia tidak diberi talenta sebesar hamba pertama. Namun yang menarik adalah, ia tidak mempermasalahkan besar / kecilnya talenta yang diberikan tetapi tetap mau mengembangkan dan mengelolanya. Ia sadar bahwa ia tidak diberikan talenta yang terbaik, tapi ia tetap mau memberikan usaha yang terbaik.
Untuk menutup renungan ini saya ingin membagikan serangkaian kata-kata yang menurut saya menarik untuk direnungkan lebih lanjut.
Menjadi yang terbaik itu memang baik
Namun ingatlah: Di atas langit pasti masih ada langitJanganlah menghalalkan segala cara untuk mencapai yang terbaik
Melainkan lakukanlah saja yang terbaik yang bisa kamu lakukan saat ini
Dan biarkan Tuhan yang memberikan yang terbaik pada saatnya nanti :)
Yang bener aja?!
Weiiittsss... sabar dulu... Coba buka dulu alkitab kita di Injil Matius 25 : 14 - 30
Di sana tertulis perumpamaan tentang talenta. Dan tertulis pula di ayat 14 dan 15 dengan jelas bahwa talenta kita hanyalah hasil pemberian Tuhan semata, dan jelas bukan milik kita.
Lalu apa hubungannya dengan hutang?
Nah mari kita lanjutkan lagi pembacaan alkitab kita. Tertulis pada ayat 19 bahwa sang Tuan kemudian mengadakan perhitungan dengan hamba-hambaNya. Dari sini dapat kita simpulkan, bahwa sebagaimana layaknya kita dipinjami sesuatu, kita harus pula mengembalikannya. Mirip dengan ketika kita berhutang, kita harus mengembalikannya dan bahkan terkadang, beserta dengan bunganya.
Kemudian, kalau kita lanjutkan pembacaan kita sampai ke ayat 24, ada hal yang menarik pada ayat tersebut.
Pada ayat tersebut hamba ke-3 menuduh bahwa sang Tuan adalah Tuan yang kejam, yang merampas kekayaan orang lain! Namun, benarkah begitu?
Merujuk ke ayat 26, ternyata si hambalah yang malas! Ia sudah tahu bahwa selayaknyalah jika ia mengelola kekayaan Tuannya yang dipercayakan kepadanya. Namun ia lebih memilih untuk menimbun kekayaan tuannya itu dan tidak mengembangkannya sama sekali.
Kembali ke pokok bahasan kita, sebenarnya, talenta / bakat kita bisa diibaratkan dengan kekayaan yang dipercayakan sang Tuan kepada hamba-hambanya untuk dikelola. Tuhan sama seperti sang Tuan dalam perumpamaan tersebut, tidak semata-mata melihat hasil yang diperoleh saja. Namun Tuhan lebih melihat ke dalam proses dan usaha kita untuk mengelola talenta kita.
Nah sekarang bagaimana tanggapan kita?
Akankah kita bersikap seperti si hamba yang malas? Yang tidak mau mengelola talenta yang sudah diberikan Tuannya?
Ataukah kita akan seperti hamba pertama? Yang dengan talenta yang besar, memperoleh hasil yang besar juga?
Lho? Hamba ke-2 ke mana?
Khusus hamba kedua, ada hal yang menarik darinya.
Ia sadar dan tahu bahwa ia tidak diberi talenta sebesar hamba pertama. Namun yang menarik adalah, ia tidak mempermasalahkan besar / kecilnya talenta yang diberikan tetapi tetap mau mengembangkan dan mengelolanya. Ia sadar bahwa ia tidak diberikan talenta yang terbaik, tapi ia tetap mau memberikan usaha yang terbaik.
Untuk menutup renungan ini saya ingin membagikan serangkaian kata-kata yang menurut saya menarik untuk direnungkan lebih lanjut.
Menjadi yang terbaik itu memang baik
Namun ingatlah: Di atas langit pasti masih ada langitJanganlah menghalalkan segala cara untuk mencapai yang terbaik
Melainkan lakukanlah saja yang terbaik yang bisa kamu lakukan saat ini
Dan biarkan Tuhan yang memberikan yang terbaik pada saatnya nanti :)
Saturday, March 10, 2012
Kelemahan: Duri Dalam Daging yang Menguatkan
Ketika mendengar kata kelemahan, apa sih yang terlintas di pikiran kita? Sesuatu yang negatif? Ya, mungkin itulah persepsi "default" kita tentang kelemahan.
Namun apakah selamanya begitu? Kelemahan = negatif?
Ketika mendengar nama Saulus, kesan apa yang anda dapatkan?
Kemudian ketika mendengar nama Paulus? Sosok seperti apakah yang anda bayangkan?
Contoh ini menggambarkan bahwa untuk orang yang sama saja, dengan nama yang berbeda, dapat membuat kesan yang berbeda pula. Sadarkah kita bahwa kita kadang tidak adil? Menghakimi sesuatu hanya dari satu sisi?
Sama halnya dengan cara kita memandang kelemahan. Adilkah ketika kita hanya melihat kelemahan sebagai sesuatu yang negatif? Dan yang lebih penting lagi, mampukah kita memandang kelemahan sebagai sesuatu yang positif?
Sekarang cobalah anda memikirkan kelemahan anda masing-masing. Catat dan renungkan, kita akan menggunkannya lagi nanti.
Marilah kita kembali ke kisah rasul Paulus, beliau memiliki sebuah nasehat yang sangat baik dalam hal memandang kelemahan kita. Mari kita buka alkitab kita pada 2 korintus 12 : 7 - 10
Rasul Paulus dalam tulisannya menyatakan bahwa justru karena ada kelemahanlah, beliau dapat mensyukuri berkat Tuhan dan membuat kelemahannya menjadi kekuatan di dalam Tuhan. Karena kelemahan ada untuk membuat manusia sadar bahwa kita memerlukan Tuhan dalam kehidupan kita.
Nah sekarang kita kembali ke catatan kecil kelemahan kita. Cobalah untuk menemukan kelebihan yang anda miliki dari kelemahan-kelemahan tersebut. Misalnya saya adalah orang yang tidak mudah akrab dengan orang yang baru saya kenal, namun kelebihan saya adalah dapat memahami orang dengan lebih mudah.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu kita memahami kelemahan dengan paradigma yang lain. Jangan lagi kita memandang kelemahan sebagai sesuatu yang harus dihindari, tetapi lebih sebagai pengingat bahwa kita juga memiliki kelebihan yang sudah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Dan supaya kita juga diingatkan bahwa Tuhanlah sumber kekuatan sejati bagi kita semua.
Syalom :)
Namun apakah selamanya begitu? Kelemahan = negatif?
Ketika mendengar nama Saulus, kesan apa yang anda dapatkan?
Kemudian ketika mendengar nama Paulus? Sosok seperti apakah yang anda bayangkan?
Contoh ini menggambarkan bahwa untuk orang yang sama saja, dengan nama yang berbeda, dapat membuat kesan yang berbeda pula. Sadarkah kita bahwa kita kadang tidak adil? Menghakimi sesuatu hanya dari satu sisi?
Sama halnya dengan cara kita memandang kelemahan. Adilkah ketika kita hanya melihat kelemahan sebagai sesuatu yang negatif? Dan yang lebih penting lagi, mampukah kita memandang kelemahan sebagai sesuatu yang positif?
Sekarang cobalah anda memikirkan kelemahan anda masing-masing. Catat dan renungkan, kita akan menggunkannya lagi nanti.
Marilah kita kembali ke kisah rasul Paulus, beliau memiliki sebuah nasehat yang sangat baik dalam hal memandang kelemahan kita. Mari kita buka alkitab kita pada 2 korintus 12 : 7 - 10
Rasul Paulus dalam tulisannya menyatakan bahwa justru karena ada kelemahanlah, beliau dapat mensyukuri berkat Tuhan dan membuat kelemahannya menjadi kekuatan di dalam Tuhan. Karena kelemahan ada untuk membuat manusia sadar bahwa kita memerlukan Tuhan dalam kehidupan kita.
Nah sekarang kita kembali ke catatan kecil kelemahan kita. Cobalah untuk menemukan kelebihan yang anda miliki dari kelemahan-kelemahan tersebut. Misalnya saya adalah orang yang tidak mudah akrab dengan orang yang baru saya kenal, namun kelebihan saya adalah dapat memahami orang dengan lebih mudah.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu kita memahami kelemahan dengan paradigma yang lain. Jangan lagi kita memandang kelemahan sebagai sesuatu yang harus dihindari, tetapi lebih sebagai pengingat bahwa kita juga memiliki kelebihan yang sudah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Dan supaya kita juga diingatkan bahwa Tuhanlah sumber kekuatan sejati bagi kita semua.
Syalom :)
Thursday, March 1, 2012
Kesadaran, Mengakui Kesalahan
Malam para pembaca sekalian. :)
Mari kita menyisihkan sedikit waktu untuk merenung. :)
Tema perenungan kali ini adalah "kesadaran."
Buka Alkitab yuk
2 Samuel 12 : 1 - 11
Cukup menarik masalah kesadaran yang dicontohkan dalam kisah Daud. Namun, sadarkah kita kalau mungkin kita seringkali bersikap sama seperti Daud? Disindir-sindir tapi tetep ga merasa salah. Ibarat gajah di depan mata tidak tampak, namun semut di ujung laut tampak.
Yang lalu biarlah berlalu. Kesalahan yang sudah terjadi tidak bisa dihapus. Yang lebih penting adalah bagaimana kita bersikap setelah berbuat kesalahan. :)
Mari kita sedikit melanjutkan bacaan kita ke ayat 13. Menarik kalau kita lihat, Daud segera memohon ampun kepada Tuhan. Bagaimana dengan kita?
Apakah kita mampu mengakui kesalahan kita? Ataukah justru kita malah ngeles? Cari-cari alasan? Atau yang lebih parah, apa kita malah melimpahkan kesalahan kita kepada orang lain?
Kecenderungan ini mungkin muncul dari sikap kita yang sentimen terhadap komentar yang negatif. Memang komentar negatif tidak mudah untuk diterima, namun yang perlu kita ambil adalah hal-hal yang bisa membangun diri kita. Kritik seringkali memang pedas, tapi sadarkah kita bila kritik juga dapat membangun diri kita?
Bayangkan bila kita selalu mendapatkan nilai 100 dari 100 saat ujian di sekolah, sekalipun jawaban kita tidak layak mendapatkan nilai 100 itu? Apakah kita akan berkembang? Saya pribadi meragukannya.
Yang perlu kita renungkan adalah : Tuhan dapat hadir dalam hal-hal yang tidak enak bagi kita sekalipun.
Ingatlah untuk menjaga integritas iman kita. Jangan menjual iman kita hanya karena dunia menentang kita.
Selamat malam. Tuhan memberkati. :)
Mari kita menyisihkan sedikit waktu untuk merenung. :)
Tema perenungan kali ini adalah "kesadaran."
Buka Alkitab yuk
2 Samuel 12 : 1 - 11
Cukup menarik masalah kesadaran yang dicontohkan dalam kisah Daud. Namun, sadarkah kita kalau mungkin kita seringkali bersikap sama seperti Daud? Disindir-sindir tapi tetep ga merasa salah. Ibarat gajah di depan mata tidak tampak, namun semut di ujung laut tampak.
Yang lalu biarlah berlalu. Kesalahan yang sudah terjadi tidak bisa dihapus. Yang lebih penting adalah bagaimana kita bersikap setelah berbuat kesalahan. :)
Mari kita sedikit melanjutkan bacaan kita ke ayat 13. Menarik kalau kita lihat, Daud segera memohon ampun kepada Tuhan. Bagaimana dengan kita?
Apakah kita mampu mengakui kesalahan kita? Ataukah justru kita malah ngeles? Cari-cari alasan? Atau yang lebih parah, apa kita malah melimpahkan kesalahan kita kepada orang lain?
Kecenderungan ini mungkin muncul dari sikap kita yang sentimen terhadap komentar yang negatif. Memang komentar negatif tidak mudah untuk diterima, namun yang perlu kita ambil adalah hal-hal yang bisa membangun diri kita. Kritik seringkali memang pedas, tapi sadarkah kita bila kritik juga dapat membangun diri kita?
Bayangkan bila kita selalu mendapatkan nilai 100 dari 100 saat ujian di sekolah, sekalipun jawaban kita tidak layak mendapatkan nilai 100 itu? Apakah kita akan berkembang? Saya pribadi meragukannya.
Yang perlu kita renungkan adalah : Tuhan dapat hadir dalam hal-hal yang tidak enak bagi kita sekalipun.
Ingatlah untuk menjaga integritas iman kita. Jangan menjual iman kita hanya karena dunia menentang kita.
Selamat malam. Tuhan memberkati. :)
Subscribe to:
Posts (Atom)