Wednesday, February 1, 2012

Mediokritas = tulang keropos?

Selamat siang buat temen-temen pembaca sekalian. Siang ini mumpung laptop sudah kembali ke tangan, saya ingin berbagi pikiran dan hasil perenungan saya :)

Saya yakin kalau para pembaca sekalian pasti pernah berbuat baik kepada orang lain apapun bentuknya. Namun hal yang ingin saya bahas saat ini bukanlah bentuk dari perbuatan baik itu, namun mengapa kita melakukannya.

Kalau menurut ilmu fisika sih ada yang namanya hukum aksi-reaksi. Lalu di ilmu alkimia juga ada yang namanya hukum pertukaran setara. Bagi yang ingin lebih mendalami kedua hukum tersebut silahkan dicari sendiri, tapi pada intinya sih kedua hukum itu menyatakan hubungan timbal-balik, jika ingin sesuatu, harus melakukan atau mengorbankan sesuatu. Dan tanpa kita sadari seringkali kita menerapkan hal yang sama bagi orang-orang yang mengharapkan bantuan kita. Alias ngarep imbalan atau pamrih.

Emang sih klo kita terlalu baik nggak pernah minta apa-apa sebagai imbalan juga rasanya terlalu naif. Namun yang lebih penting lagi, sebenarnya kita itu ikhlas ga sih dalam membantu orang lain atau berbuat baik?

Ikhlas bukan berarti sama sekali tidak mengambil imbalan lho. Ikhlas itu menurutku sebenernya lebih mengarah kepada sikap kita memberi bantuan. Apakah kita sekedar berbuat tanpa kesungguhan hati ataukah kita memang melakukannya dengan dedikasi serta kesungguhan hati?

Nah di sini kita akan mulai membahas topik utama perenunganku. Kita itu berbuat baik sebenernya memang karena ingin dan tulus ataukah hanya karena kita diharuskan berbuat baik? Kita berbuat baik karena kepedulian kita ataukah karena ingin sekedar menghapus rasa bersalah dalam hati kita karena tidak pernah berbuat baik?

Tentu saja kemudian berbahaya bila kita memberi bantuan tanpa ketulusan dan kesungguhan hati, apalagi bila cuma ingin menghilangkan rasa bersalah. Ibaratnya bila kita seorang tukang bangunan, kita sedang membangun sebuah rumah tinggal untuk orang lain tapi tidak sepenuh hati, bagaimana jadinya?

Seperti yang sudah kubahas di atas, kita memang tidak perlu sampai nggak menerima imbalan apapun. Tapi paling tidak ketika kita akan melakukan sesuatu, apapun itu, lakukanlah dengan sepenuh hati. Karena pekerjaan yang dilakukan dengan setengah-setengah, dengan semangat mediokritas, akan menjadi seperti tulang yang keropos.