Halo temen-temen pembaca sekalian.
Setelah sekian lama nggak posting, akhirnya hari ini aku punya waktu buat posting lagi!
Yuk langsung aja kita masuk ke perenungan...
Topik renungan kali ini diangkat dari kitab Yunus. Adakah di antara para pembaca sekalian yang belum pernah mendengar kisah tentang nabi Yunus? Itu lho, yang pernah berkemah di dalam perut paus... (?)
Yah back to topic, Yunus itu seorang Israel. Disuruh Tuhan untuk memberitakan PERINGATAN kepada bangsa Asyur, yang dulunya pernah menghancurkan bangsa Israel. Terang aja Yunus nggak mau.
Eh tapi kenapa Yunus nggak mau ya? Karena takut? Ternyata bukan cuma itu lho teman-teman...
Usut punya usut ternyata sikap Yunus itu nggak beda jauh dengan sikap eksklusif manusia pada jaman sekarang. Lha kok bisa?
Begini teman-teman, agaknya Yunus menyimpan dendam pada bangsa Asyur. Buktinya? Coba buka kitab Yunus pasal 3 : 4, di sana tertulis bahwa Yunus berteriak mengancam orang-orang Niniwe. Demikian bunyinya: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."
Lalu? Apanya yang salah? Bukannya itu memang perintah Tuhan?
Weits... coba kita flash back sebentar, bukalah kitab Yunus pasal 1 : 2. Di situ tertulis bahwa Tuhan berfirman, "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."
Kayanya nggak ada yang salah deh? Yunus kan menjalankan tugasnya sesuai perintah Tuhan.
Eh tunggu dulu... coba bandingkan nada yang terkandung dalam firman Tuhan dan kata-kata Yunus. Firman Tuhan itu hanya sekedar memperingatkan lho teman-teman. Sedangkan kata-kata Yunus? Hukuman! Ya, yang diberitakan Yunus adalah berita bahwa Niniwe akan dihukum oleh Tuhan! Padahal, kalau kita perhatikan, Tuhan tidak pernah berkata akan menghukum Niniwe lo..
Lalu apa yang terjadi? Ternyata Tuhan mengampuni orang-orang Niniwe. Bagaimana reaksi Yunus? Mutung! Iya teman-teman, Yunus mutung karena Tuhan memilih untuk mengampuni orang-orang Niniwe yang adalah bangsa Asyur, yang notabene musuh bangsa Israel.
Coba kita telaah pelan-pelan. Yunus adalah seorang Israel, umat pilihan Allah. Ia diperintah untuk
memperingatkan orang
-orang Niniwe yang adalah musuh orang Israel, tetapi alih-alih memperingatkan, Yunus malah memberitakan bahwa Tuhan akan menghukum Niniwe.
Atas dasar apa? Kenapa Yunus dengan "kreatifnya" mengubah isi firman Tuhan? Karena ia merasa dirinya eksklusif. Karena ia merasa dirinya lebih disayang oleh Tuhan. Karena ia merasa bahwa Tuhan hanya menyayangi bangsa Israel yang merupakan umat pilihan. Yunus mungkin merasa, bahwa kasih Tuhan adalah hak eksklusif yang hanya dapat dimiliki oleh bangsa Israel.
Alhasil ketika Tuhan mengampuni bangsa Israel, Yunus
mutung karena ia merasa Tuhan menduakan bangsa Israel, bahwa Tuhan ternyata lebih menyayangi orang-orang Niniwe. Padahal, apakah benar Tuhan itu seperti yang dipikirkan Yunus? Bukankah kasih Tuhan adalah hak segala umat manusia?
Teman-teman, hari ini kita mau belajar dari sikap eksklusif Yunus. Apakah kita masih sering merasa bahwa Tuhan itu milik kita seorang?
Mungkin ketika kita bersama teman-teman yang sepaham dengan kita, kita bisa "berbagi" Tuhan dengan mereka. Tapi, bisakah kita berbuat demikian? Ketika bukan berhadapan dengan teman, namun dengan orang yang kita anggap musuh? Yang padanya kita menyimpan dendam dan iri hati? Masihkah kita sering berpikir, biar Tuhan saja yang menghukumnya? APA YANG HARUS TUHAN HUKUM?!
Terkadang teman-teman, kita lupa bahwa Tuhan mengasihi semua makhluk hidup. Bahwa Tuhan bukan hanya milik kita. Bahwa Tuhan adalah KASIH, dan bahwa di dalam KASIH tidak ada lagi penghukuman, melainkan pengampunan.
Teman-teman, sikap eksklusif seringkali membuat kelompok tertentu terlihat kuat dan menonjol. Tapi kita perlu melihat juga, bahwa seekor KEONG mempunyai cangkang yang keras karena tubuh bagian dalamnya lemah. Bahwa seseorang yang hidup dengan membangun tembok-tembok pemisah di sekelilingnya, sebenarnya adalah seorang yang lemah, namun berpura-pura kuat.
Sikap eksklusif mungkin membuat seseorang tampak "wah" di luar, tapi di balik itu justru tersimpan kerapuhan. Lebih parahnya bila untuk menutupi kerapuhan itu, kita mulai bersikap individualis dan arogan. Yang penting adalah aku dan aku tidak pernah salah.
Buatlah pilihanmu teman-teman.
Seekor keong akan mati kelaparan bila ia memutuskan untuk diam saja dan tidak memberanikan diri untuk mengeluarkan bagian tubuhnya yang lemah dari dalam cangkangnya.
Seekor ulat tidak akan pernah menjadi seekor kupu-kupu yang indah bila ia tetap berlindung di balik kepompongnya.
Seekor anak burung tidak akan pernah terlahir bila ia tidak mau berusaha keluar dari dalam cangkang telurnya.
Karena keindahan dunia hanya dapat terlihat ketika kita berani untuk keluar dari "cangkang-cangkang" pribadi kita :)